“Pemuda”, setiap kali mendengar kata itu, apa yang
terlintas dibenak anda? Sekumpulan manusia dengan usia yang masih muda, dengan
fisik yang sehat, pikiran yang bersih dan juga semangat yang luar biasa. Ya,
memang begitulah seharusnya, tapi, jika kita lihat keadaan pemuda indonesia
sekarang, mungkin kita akan kesulitan menemukan pemuda yang demikian. Lalu
seperti apa pemuda indonesia sekarang? Butuh kejujuran untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
Secara umum pemuda indonesia sekarang sangat
mengenaskan. Terjebak dalam keseragaman, pemikiran sempit, dalam ketakutan
untuk memberontak, dalam kebingungan antara benar dan salah dan ketidak mampuan
untuk menemukan jati dirinya sendiri, aku lebih suka menyebutnya sebagai korban
peradaban. Seorang pemuda seharusnya berani untuk menjadi dirinya dan
memberntak segala konsep yang akan merubah dirinya, namun kenyataannya jauh
berbeda, 66 tahun kita merdeka, tapi pemuda kita masih terjajah oleh kebodohan,
arogansi dan ketidakpedulian media. Kenapa media? Tentu saja mereka, media
adalah pemegang peran utama dalam penyampaian informasi dan konsep-konsep
kepada manusia. Coba lihat apa yang disampaikan, mulai dari Fashion, style,
gaya hidup dan tren yang akan mempengaruhi mental dan pengertian kita tentang
sesuatu yg keren dan nge’tren, celakanya, semua media diindonesia menyampaikan
sesuatu yang sama sehingga pemuda kitapun tergiring untuk menjadi seperti yg
mereka lihat, “keseragaman”. Lebih buruk lagi, Sekolah yang seharusnya menjadi
tempat pembinaan mental dan sikap para siswanya justru hanya menekankan pada
nilai, sehingga para siswa menganggap nilai adalah yang terpenting, padahal
tujuan sekolah yang sebenarnya adalah untuk membentuk mental dan sikap seperti
pemuda yang seharusnya. Sebenarnya sekarang sudah ada kebijakan peningkatan
mental dan sikap melalui program “Pendidikan Berkarakter”, namun pada
pelaksanaannya program ini tidak banyak merubah mental siswa, kenapa? Karena
petugas penertib siswa cenderung menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru,
bahkan kadang dengan kekerasan untuk menertibkan siswa, padahal metode ini akan
menimbulkan kebencian pada siswa sehingga dengan sendirinya mereka tetap tidak
“tertib” sebagai protes mereka terhadap perlakuan yang mereka terima.
Keseragaman media dan bobroknya pendidikan menjadi sumber
kerusakan mental dan pikiran pemuda indonesia saat ini, kerusakan yang paling
terlihat adalah hilangnya pola pikir kritis, penghargaan terhadap perbedaan dan
toleransi untuk menghormati pendapat orang lain, banyak contoh yang terjadi
disekitar kita, pelajar tawuran karena saling ejek, seorang siswa yang di caci
teman kelasnya karena sering berdebat dengan guru atau seorang siswa yang
dikucilkan karena beda pendapat. Sebenarnya diindonesia sudah ada gerakan yang
menyuarakan pemberontakan terhadap keseragaman dan juga penghormatan terhadap
perbedaan, mereka adalah anak-anak “PUNK”, celakanya, kaum punk sendiri dicap
sebagai perusak peradaban diindonesia, mungkin karena dandanan dan gaya hidup
mereka yang sedemikian rupa sehingga konsep-konsep yang mereka bawa tidak bisa
merasuk kedalam nurani masyarakat indonesia yang sudah dibutakan oleh
keseragaman dan penampilan.
Lalu bagaimana memperbaiki keadaan tersebut?
Pertanyaan yang hampir mustahil untuk dijawab. Namun sesulit apapun suatu
masalah, Tuhan selalu ada dengan keadilannya untuk memberi harapan kepada kita
untuk malakukan pemulihan keadaan. Hal itu terbukti dengan adanya para aktivis
yang berusaha memperbaiki keadaan pemuda indonesia melalui berbagai cara dan
bidang. Di dunia musik, ada puluhan band ber’genre cadas (seperti Superman is
dead, marjinal, jamrud dan lainnya..) dengan lirik persatuan, kebebasan dan
persaudaraan senantiasa memberontak keseragaman musik diindonesia yang dikuasai
genre pop, melayu dan k-pop yang selalu bicara tentang cinta. Di dunia seni,
ada Guruh Soekarno Putra, DNT, Waljinah dll yang senantiasa berkarya dan
berkarya untuk mengembalikan indonesia yang secara perlahan di”barat”kan. Ada
pula Soe hok gie yang senantiasa mengajak pemuda untuk berani mengatakan
“tidak” pada kesalahan dan kebohongan dan juga pada pemimpin yang busuk.Dan ada
ribuan orang lainnya dengan cara yang berbeda untuk memperbaiki generasi muda
indonesia.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jelas, seseorang
akan sulit diperbaiki jika dia tidak ikut memperbaiki dirinya. Maka dari itu,
sebagai bagian dari pemuda indonesia, sudah seharusnya kita belajar, belajar
tentang keaslian dan kemurnian diri kita, belajar untuk menghargai perbedaan,
dan belajar untuk berani memberontak semua aturan-aturan “ga’ penting” yang akan
menyeragamkan kehidupan kita.
“Jadilah pribadi yang bijak, yang santun, yang
menyayangi sesama dan disayangi tuhan, dan lakukan yang membaikkan dirimu,
sesama dan alam..”
Surakarta, 28 Oktober
2011

Tidak ada komentar:
Posting Komentar