Selasa, 11 November 2014

Jalan jalan ke Dieng bag. 2


Oke, kali ini bakal gue lanjutin cerita tentang jalan jalannya gue ke dieng plateau, di bagian pertama kemaren udah gue ceritain tentang Kawah Sikidang, Komplek Candi Arjuna sama Telaga Balekambang, sekarang giliran telaga warna sama dieng plateau teater..
Telaga Warna, adalah sebuah telaga gunung yang paling terkenal sekaligus paling mainstream di kawasan dieng plateau. Jarak ke telaga warna dari pintu belakang candi arjuna sekitar 2 km melewati pinggiran desa dieng kulon, awalnya sih pengen jalan berempat (gue sama 3 mbak mbak dari jakarta yg sebelumnya barengan ke telaga balekambang),
namun karena 2 dari 3 mbak mbak itu udah nyerah kecapekan dan cuma satu yang tetep pengen ke telaga warna, akhirnya cuma 2 dari kami yang pergi, dan karena cuma 2 orang, kayaknya naik vicky lebih logis dari pada jalan kaki, hehehe.. gue ke telaga warna berdua aja, 5 menit motor an kami sampe di parkiran telaga warna, bayar parkirnya 2 rb, kemudian jalan dikit ke loket, tiket masuk ke telaga warna ini independen, jadi gabisa dibeli terusan kayak tempat lain, kayak di anak emas in gitu, harga tiket masuknya 7.500 , selesai beli tiket, langsung aja masuk melalui pintu masuk yang ada disebelah tempat loket, jalan 50 meter an, dan kami menemukannya, sebuah telaga yang cukup besar, mungkin seukuran sama telaga sarangan atau ranu kumbolo, sama sama dikelilingi bukit juga, yang bikin beda adalah, telaga warna ini warnanya bukan ijo, tapi biru muda keijoan gitu (atau gampangnya, tosca,) warna telaga jadi kayak gitu karena di telaga warna kandungan belerangnya tinggi, di beberapa titik lubang lubang kecil di tanah yang secara terus menerus mengeluarkan gas belerang dari dalam sana, jadi gue simpulkan kalo airnya pasti beracun, dan akhirnya pupus sudah rasa pengen buat minum airnya telaga warna. Menikmati telaga warna dari dekat rasanya memang tidak terlalu wah, di sekitarnya ada jalan setapak memutari telaga, kita bisa jalan disana menuju ke sisi lain telaga, tapi jujur, rasanya sama, pemandangannya ga kerasa wah gitu, indah sih, tapi tetep aja belum “wah” dan sampahnya sama sama banyaknya, penyakitnya turis indonesia nih, suka buang sampah sembarangan.
Setelah merasa cukup melihat telaga ini dari dekat, dan juga karena mbak Esi musti ngejar jadwal kereta, akhirnya kami menyudahi kunjungan ke telaga warna, dan balik lagi ke komplek candi arjuna buat mengembalikan mbak esi ke kawan kawannya, dan kamipun berpisah, mereka bilang akhir tahun mau balik ke dieng lagi dan gue bilang kalo ada waktu gue juga bakal balik lagi, dan bodohnya aku tidak tanya akhir tahun itu tanggal berapa, dan juga ga minta kontaknya mereka, hahaha, sampai jumpa di ujung jalan sana mbak mbaknya, entah dimasa yang mana..
Setelah berpisah dari mbak esi dkk, saatnya melanjutakan perjalanan ke destinasi terakhir, Dieng Plateau Teater (DPT), adalah sebuah teater kecil yang memutar video tentang dieng plateau, video berdurasi sekitar 30 menit, berisi tentang sejarah terbentuknya Dieng plateau, penamaan, kondisi geologi, pariwisata serta adat dan budaya masyarakatnya. Dari DPT ini gue tau kalo ternyata pada masa lalu, Kawasan dieng adalah sebuah gunung api besar, jadi dulu di pulau jawa ada 2 gunung api yang ukurannya sangat besar, Pertama gunung Tengger yang ambles menjadi kawasan TNBTS yang titik tertingginya ada di gunung Penanjakan dan yang kedua gunung Prau, yang ambles menjadi kawasan Dieng Plateau, dengan titik tertinggi di puncak gunung Prau yang dikenal sekarang. Jadi sebenarnya seluruh kawasan di dieng plateau itu adalah kaldera dari gunung prau purba, wow keren kan, mereka (penduduk dieng) adalah orang yang lahir dan besar di dalam gunung api.! Di videonya juga dijelaskan bahwa di kawasan dieng plateau (kaldera prau) ada banyak kawah kecil yang terbentuk, ada kawah sikidang yang relatif aman ada juga kawah timbang yang sangat beracun (kalo mau tau detailnya, dateng aja ke DPT), jadi kalo kalian pergi ke tempat yang tinggi di kawasan dieng (sikunir atau gn prau atau yang lainnya) kalian akan melihat banyak kepulan asap di kejauhan, itu bukan kebakaran, tapi adalah gas yang keluar dari kawah kawah di kawasan dieng. Dieng dipercaya sebagai tempat yang menjadi pusat peradaban hindu di masa lalu, ditandai dengan ditemukannya komplek candi arjuna, nama dieng sendiri juga diambil dari bahasa masa lalu, Di Hyang, sesuai yang tertulis di candi arjuna, artinya gue lupa, cari aja di google, udah banyak yang nulis kok. Satu hal yang teramat unik yang terjadi pada masyarakat dieng adalah fenomena si anak gimbal, jadi beberapa anak dieng itu begitu lahir dan tumbuh jadi balita, rambut mereka jadi gimbal ala reggae gitu, menurut kepercayaan masyarakat sih itu simbol yang kurang baik dari dewa, jadi saat mereka memasuki masa anak anak (biasanya sebelum masuk sd), diadakan ritual untuk memotong rambut gimbal mereka sebagai simbol membuang hal hal negatif yang menempel pada si anak dengan syarat orang tua si anak harus menuruti apapun kemauan anaknya, enak kan jadi anak gimbal.? Situ mau.? Hehehe...
DPT menjadi ujung eksplorasiku di tempat wisata mainstream dieng plateau,banyak yang aku pelajari, banyak hal hal epic dari masyarakat dieng, dan banyak pula rasa kesal sama para pelancong yang kurang bertanggung jawab, yaah, yang menjadi permasalahan utama industri pariwisata indonesia adalah mereka yang menjadi konsumen industri tersebut, mereka yang datang dan berlaga seperti raja yang boleh buang sampah seenak jidatnya. Jadi, be a wise traveller, datang nikmati dan jangan merusak.! karena anak cucu kita akan kecewa jika mereka hanya bisa menikmati keindahan itu lewat foto, sedangkan yang aslinya sudah tiada..



 Telaga Warna dari dekat..



DPT..

 Telaga warna dilihat dari bukit belakang DPT..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Labels

air terjun (1) alun alun (1) balekambang (1) banyutibo (1) blado (1) bromo (1) buyutan (1) candi (2) Candi Arjuna (1) coretan (21) damas (1) dieng (4) gunung (7) jalan jalan (22) jamus (1) jawa timur (1) jogja (4) klayar (1) konang (1) kota batu (1) malang raya (3) malang selatan (2) malaysia (1) Manchester (1) maron (1) marun (1) merapi (2) MU (1) munjunga (1) nampu (1) new cyber (1) ngiriboyo (1) ngiroboyo (1) pacitan (3) panggul (1) pantai (11) pasir putih (3) pelang (1) Prau (1) prigi (1) pujiharjo (1) Sikidang (1) sipelot (1) siung (2) solotraveller (16) sumbing (1) sungai (1) sunrise (1) surabaya (1) tkjc (2) trenggalek (2) United (1) watulimo (1) wediombo (1) wonogiri (1) wonosobo (2)