Selama ini, secara tidak aku sadari, aku adalah
seorang pencari fajar, dalam setiap manajemen perjalanan dibuat, entah itu ke
gunung atau ke pantai, biasanya, secara alami adalah untuk mengejar fajar di
lokasi tujuan, entah mengapa, memanglah begitu adanya, template paling sering
aku gunakan untuk kerangka sebuah manajemen perjalanan adalah Sore/Malem
berangkat dengan harapan waktu esok pagi tiba aku sudah berada di titik yang
asik untuk menikmati sunrise. Banyak perjalananku menggunakan manajemen yang
berbasis mencari fajar tersebut, naik lawu, merapi, merbabu, ungaran, bahkan
semeru, atau ke pantai-pantai di jogja, pacitan, wonogiri dan trenggalek,
hampir selalu mengejar fajar, mengejar matahari terbit, mengejar suasana pagi.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang senja. Perasaan
yang mendalam itu bisa merubah seseorang, dan ya, aku adalah orang yang
merasakan perubahan itu, semenjak sebuah rasa kehilangan yang teramat dalam aku
alami setengah tahun yang lalu, aku berubah, sebelumnya, aku tidak pernah
memasukkan “menikmati senja” sebagai satu hal yang harus di lakukan di lokasi,
bagiku menikmati senja cukup dilakukan ketika sedang dalam perjalanan, senja
bukanlah tujuan, senja hanyalah bonus, dan senja hanyalah pertanda waktu untuk
beristirahat. Sekarang, semenjak rasa kehilangan itu, aku jadi lebih suka
terhadap senja, aku mulai memasukkan senja sebagai tujuan dalam intenerary
perjalananku, tanpa mengurangi tujuan akan pagi.
Trip ke malang selepas lebaran lalu, diantara
intenerary 4 hari yang lumayan panjang, aku menyelipkan satu tujuan, satu
keharusan, yaitu aku ingin menikmati senja di pantai balekambang, malang.
Pantai balekambang, satu yang paling terkenal di malang selatan, dan senja itu,
pantai ini begitu ramai, dan diantara keramaian itu aku menemukan kedamaian.
Kedamaian tidak melulu tentang satu tempat yang sepi dan terasing, kedamaian
bisa datang diantara hiruk pikuk manusia, diantara sampah sampah yang menyatu
dengan pasir, diantara senja yang membawa kita menuju kegelapan. Jika kedamaian
pagi adalah tentang harapan akan cinta, maka kedamaian senja adalah tentang
penerimaan akan kehilangan. Dan disini, di pantai balekambang, aku belajar
untuk menerima, dan berdamai dengan keadaan, berdamai dengan kehilangan, apapun
itu, aku hanya perlu menikmatinya dan berhenti mengeluh.
Senja, selain mengajarkan penerimaan, juga
mengajarkan rasa syukur, senja adalah ujung setiap hari, ujung setiap harapan,
ujung setiap perjuangan. Senja memaksa kita bertemu dengan titik akhir,
menerima dan mensyukuri hasil dari setiap yang kita kerjakan sedari pagi.
Seperti satu senja, di gunung sumbing. Jika biasanya melakukan summit attack
akan dilakukan pada dini/pagi hari, maka manajemen pendakian gunung sumbing
yang kami lakukan memaksa kami melakukan summit attack pada jam 1 siang,
hahaha, bego memang, mendaki dari pestan (peken setan) menuju puncak sumbing,
melewati tanjakan berbatu yang terjal dan nyaris tanpa bonus, dibawah panasnya
terik matahari yang akan berubah dingin seketika saat angin berdebu menghembus,
sampai saat ini aku tidak akan pernah mau jika diajak melakukannya lagi, perjalanan
berat yang cenderung bodoh tadi membawaku ke puncak sumbing, titik tertinggi
nomer 3 di pulau jawa, titik yang menjadi tolok ukur dari kata kata “Orang jawa
tengah itu belum jadi pendaki kalo belum sampai puncak sumbing..”, titik yang
kemudian membawaku menemui salah satu senja terbaik dalam hidup, satu senja
yang membuatku senantiasa tersenyum dan bersyukur, bersyukur atas pencapaianku
dalam mengalahkan satu lagi rasa takut, ya, selama ini aku takut naik sumbing,
hehehe..
Senja, sekali
lagi, adalah tentang penerimaan dan rasa syukur, bahwa apapun yang kita
harapkan di pagi hari, apapun yang kita perjuangkan di siang hari, saat senja
tiba, berhentilah barang sejenak, untuk sekedar mengingat kembali , untuk
menerima dan mensyukuri apa saja yang sudah terjadi, merasai kedamaian dan
kemudian percaya, dengan segala penerimaan dan syukur pada senja hari ini,
adalah jalan menuju satu harapan baru di esok hari..
Sunset Pantai Balekambang
Tanah Lot Van Java
Senja Gunung Sumbing



Tidak ada komentar:
Posting Komentar