Suatu minggu pagi tahun 2001, waktu itu aku yang
baru kelas satu SD menyaksikan sebuah gol dari Ole Gunnar Solkjaer di tv, aku
lupa ke gawang siapa gol itu disarangkan, tapi aku tau kalau Ole adalah seorang
pemain dari Manchester United, dan sejak saat itu, aku, adalah seorang
penggemar Manchester United...
Sampai hari ini (2015), ada satu komentar yang sama
yang akan dikatakan setiap pemain yang baru datang ke MU, “United adalah klub
terbesar di dunia..”, dan ya, untuk mencapai predikat klub terbesar itu united
sudah menjalani proses dan dinamika yang panjang, naik turunnya prestasi,
pemain yang datang dan pergi, pergantian manajer, pergantian pemilik klub, dan
juga sebuah tragedi yang kesemuanya itu terangkum sebagai sebuah sejarah yang
tercetak dibenak setiap mereka yang menjadi penggemar Manchester United. Belajar
mengenai sejarah MU, adalah belajar merelakan, dan tetap memandang ke depan,
belajar percaya bahwa untuk setiap yang pergi, pasti akan selalu ada pengganti.
Menjadi pendukung united, adalah sebuah pelajaran
tentang bagaimana melihat kehilangan dan kegagalan bukan sebagai akhir, tapi
justru sebagai titik balik untuk melakukannya dengan lebih baik, lagi dan lagi
sampai akhirnya berhasil. David Beckam pada film dokumenter Class of 92 (2013)
mengatakan bahwa Manchester United hari ini, dibangun diatas pondasi tragedi
Munich. Ya, tragedi munich tahun 1958, merenggut sebagian besar pemain inti
united termasuk yang paling berbakat diantara mereka, Edward Duncan dan juga
merenggut cita cita the busby babes untuk menguasai eropa. Tragedi adalah hal
yang buruk, kehilangan adalah hal yang buruk, tapi kita bisa menjadikan hal itu
sebagai satu titik balik untuk bangkit dan menjadi lebih baik, dan itu yang
dilakukan oleh seorang Sir Matt Busby, dekade 60 an, dengan pemain yang tersisa
setelah tragedi munich yang di pimpin seorang Bobby Charlton ditambah pendatang
baru Denis Law dan George Best perlahan membawa united bangkit, dan menjuarai
inggris tahun 65 dan 67, serta menjadi tim inggris pertama yang menjuarai eropa
pada 1968.
Menjadi pendukung united adalah tentang loyalitas
dan konsistensi, mengerti bahwa tak ada yang abadi didunia, semua ada masanya
untuk berlalu, termasuk manajer dan pemain. Dekade 70-80 an adalah periode
labil, sepeninggal sir Matt Busby dan sudah menua nya trio Bobby, law dan best membawa
united mengalami penurunan yang signifikan, hanya finis di papan tengah liga,
bahkan sempat terdegradasi ke divisi kedua, pergantian manajer yang seolah tanpa
harapan, dan para pendukung dipaksa bersabar untuk itu, bersabar menunggu dan
terus percaya bahwa akan ada orang yang akan mengembalikan kesuksesan united
seperti era Sir Matt Busby, bukan hal yang mudah untuk tidak kehilangan
keyakinan pada masa masa sulit, namun setiap kesabaran dan keyakinan itu pasti
akan terbayar. 1986, Alex Ferguson, pria skotlandia ditunjuk untuk menggantikan
atkinson yang baru saja dipecat. Fergie adalah jawaban dari kesabaran pendukung
united, fergie adalah orang yang percaya semuanya butuh proses, dia memahami
dinamika (naik turun), 3 tahun pertama fergie memang tanpa gelar juara tapi
bukan berarti dia tidak melakukan apa apa, dia membangun pondasi, dan tiang
tiang yang akan menyokong united di masa depan, perbaikan di akademi dan juga
sistem pencari bakat dan dengan perbaikan itu fergie berhasil memanage dinamika
datang dan perginya pemain di semua lini sehingga tahun demi tahun sejak 1992
sampai 2013 MU tak pernah absen menjuarai liga lebih dari 2 musim. Banyak
pemain pemain besar yang harus hengkang karena pindah ke klub lain atau karena
pensiun namun cepat atau lambat fergie selalu bisa menemukan penggantinya,
walaupun tidak pernah bisa 100% sama kualitasnya, namun setidaknya para
subtitute itu masih mampu mempertahankan prestasi klub. Loyalitas dan
konsistensi pendukung united dari era Sir Matt Busby melalui pasang surut
prestasi klub seolah terbayar oleh konsistensi fergie dalam menjaga united
untuk tetap berprestasi.
2013, united mengakhiri musim 2012/2013 dengan
finish 11 poin diatas peringkat kedua. Sebuah pencapaian manis, yang teramat
manis namun juga terdengar mengkhawatirkan, karena piala ini adalah yang
terakhir dari seorang Sir Alex Ferguson, ya, dipenghujung musim fergie
mengumumkan bahwa ia akan mengakhiri karir kepelatihannya, dan mundur dari
kursi manajer MU. Manchester United, sekali lagi akan memasuki babak baru,
konsistensi yang diberikan fergie sejak penghujung dekade 80 an akan segera
pergi dan mencari pengganti fergie sama sekali bukan hal yang mudah, diluar
sana mungkin banyak pelatih hebat, tapi hanya fergie yang mampu menjinakkan
monster monster keras kepala macam cantona, pieter dan keano, hanya fergie yang
mampu membuat 5 pemuda dari akademi memenangi treble, hanya fergie yang bisa
mengalahkan arsenal 8-2 dengan pemain macam welbeck dan tom cleverley, hanya
fergie. Dan sampai tahap ini, para pendukung united (terutama yang berusia
dibawah 30 tahun)harus kembali membca sejarah, dan harus melakukan hal yang
sama dengan yang pernah pendukung united lakukan selepas era Sir Matt Busby,
melepas konsistensi prestasi dan senantiasa memberikan loyalitas, kesetiaan dan
kesabaran hingga saatnya nanti united menemukan manajer yang akan membawa
prestasi itu kembali.
Sampai disini, waktunya curhat, ahahaha, sebenernya
tulisan diatas itu ga penting, kalian bisa nemu itu dimana mana, wikipedia,
blog blog dkk.. inti dari tulisan ini sebenarnya singkat, aku Cuma pengen
bilang kalau karakter pendukung united menurut sejarah diatas adalah Loyal,
setia, sabar dan tentunya optimis, namun ada satu lagi karakter yang belum
tergambar diatas, yaitu, gagal move on, hahaha, memang seperti itu adanya, jika
kata move on itu dianalogikan seperti yang sering digunakan pada jaman orang pacaran
skrg, yang artinya kurag lebih adalah melupakan yang kemaren lalu move sama
yang baru, maka kami, pendukung united, dipastikan adalah orang orang yang
gagal move on. Para pendukung MU adalah tipe orang yang menghargai masa lalu,
siapapun yang pernah menjadi bagian dari united walau Cuma akademi sekalipun
pasti akan tetap diingat sebagai seorang united,mereka yang pensiun, atau yang
pindah ke klub lain, yang secara baik baik, ataupun yang pergi karena konflik.
Edward Duncan sudah meninggal hampir 50 tahun yang lalu, sampai hari ini
pendukung MU masih meneriakan chants untuk mendukungnya, Sir Bobby charlton,
george best, cantona, cole, yorke, ole, anggota the class of 92, mereka yang
pergi atau pensiun dari united tetaplah ada di hati setiap pendukung united,
bahkan mereka yang menyebrang ke klub tetangga sebelah (manc city), denis law,
carlos tevez dan owen hergreaves, tak pernah ada sekalipun banner ejekan untuk
mereka di old trafford, mereka yang pergi karena konflik dengan manajer, becks,
ruudje, dan keano, mereka tetaplah legenda bagi pendukung united dan seorang
cristiano ronaldo, yang setelah pindah ke madrid dia 2 kali mencetak gol ke
gawang united sekaligus menyingkirkan united dari liga champions, tak pernah
ada satu kalimat kebencian pun yang ditujukan kepada ronaldo oleh para
pendukung united. Mungkin seperti itu pulalah kondisi hati para penggemar
united dalam urusan cinta, tak bisa dipungkiri bahwa hampir semua orang jaman
skrg pasti pernah pacaran dan mempunyai mantan, dan seperi halnya kepada para
pantan pemain united yang selalu ada di dalam kenangan kami, mantan pacar pun
juga sama, akan selalu ada dalam kenangan.
Dan akhirnya, seorang penggemar united akan hidup
dengan membawa kenangan kenangan tersebut tanpa mengurangi rasa cinta kami terhadap
generasi united yang sekarang. Kami mungkin hidup dengan kenangan manis sir
matt busby, sir alex, busby babes, class of 92, cantona, keano dan juga
ronaldo, tapi dengan itu semua kami masih mampu mencintai generasi yang
sekarang, Van gaal, giggsy, rooney, carras, bastian, mike, de gea, mata,
herrera, dan semunya, kami hidup membawa kenangan MU yang lama namun kami tetap
sepenuhnya mencintai United yang sekarang. Seperti halnya dalam cinta, kami,
akan senantiasa hidup membawa kenangan dari setiap mereka yang pernah berarti,
tanpa mengurangi sedikitpun cinta pada pasangan kami saat ini, atau nanti..
Gue fans MU men, wajar kalo gue gabisa move on.!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar