Pantai Sipelot, sebuah pantai yang mulai terkenal di
kawasan malang selatan. Namun meskipun mulai terkenal, pantai sipelot tetaplah
sepi, kenapa bisa.? Mungkin karena aksesnya yg lumayan sulit. Secara
adminstratif pantai sipelot terletak di desa Pujiharjo Kabupaten malang, 40 km
dari kota kecamatan Dampit atau sekitar 80 km arah tenggara kota malang.
Transportasi paling memungkinkan untuk menuju sipelot adalah dengan kendaraan
pribadi (mobil/motor) karena gaada kendaraan umum yg lewat. Saat itu kami naik motor,
untuk menuju ke sipelot kalau dari kota malang, pertama
kita menuju kota kecamatan dampit (melalui jalur malang-lumajang), waktu itu
kami tiba di dampit pukul 4 pagi, dan lanjut ke sipelot pukul 5, ambil jalan
yang arah lumajang sekitar 7 km sampai ada pertigaan dengan plang arah sipelot
ke kanan, ambil kanan, kami memasuki jalan desa yang lebarnya hanya 2,5 meter,
dari sini kita hanya perlu mengikuti jalan kecil ini sejauh 35 an km melewati
desa, ladang pisang dan salak, ladang kopi, naik dan turun beberapa bukit
selama hampir 2 jam hingga kita tiba di desa Pujiharjo, sebuah desa diujung
belantara. Desa pujiharjo adalah desa yang kampret, kenapa kampret, karena
walaupun letaknya terpencil diujung belantara yang untuk kesananya menempuh
perjalanan yang cukup membuat frustasi, namun desa ini terbilang lengkap
fasilitasnya, ada sebuah tower seluler yg menjamin ketersediaan sinyal hape
(telkomsel), warung makan, ada minimarket, ada konter hape bahkan ada warnet,
wow.. dari desa pujiharjo sendiri pantai sipelot berjarak 500 meter melewati
tambak ikan penduduk, pukul 7 pagi kami sampai di sipelot.
Pantai sipelot memanjang 1 km dari barat ke timur,
dengan pemukiman warga nelayan di dekat pantai sisi barat, begitu masuk
kesannya pantai ini kotor dan bau amis ikan, maklum di sisi barat ini adalah
pelabuhan ikan, ada tempat buat lelang ikan juga, jadi banyak mayat mayat ikan
berserakan, namun kesan kotor itu hanya di sisi barat, di sisi timur pantai
sipelot masih bersih, pasir pantainya yang kecoklatan nampak bersih dengan
ombak yang tidak terlalu besar. Di sisi timur pantai ini ada sebuah muara
sungai yang membentuk kolam, airnya yang jernih memantulkan refleksi perbukitan
di seberangnya, cocok buat di foto dan juga bisa buat renang, jadi sipelot
adalah pantai kedua yang airnya tawar setelah pantai ngiroboyo di pacitan.
Selebihnya biasa aja sih, dari segi pemandangan pantai sipelot itu biasa aja,
gatau juga kenapa bisa terkenal di malang. Setelah istirahat tiduran diatas
karang di sisi timur, kami berjalan ke sisi barat, berharap menemukan sesuatu,
gaada apa apa sih, cuman aktivitas warga nelayan seperti biasa dan sebuah kursi
dari bambu dibawah pohon yang biasa dipakai warga untuk bersantai, akhirnya
kami memutuskan duduk duduk disitu, sambil bercerita tentang beberapa hal
sampai aku menyadari satu hal, Pantai Sipelot itu damai, disana memang gaada
atraksi alam yang luar biasa, atau pasir putih yang membentang selayaknya
pantai lain di malang selatan, disana Cuma terasa damai, sipelot ga sepenuhnya
sepi, karena ada di dekat perkampungan, ada aktivitas nelayan juga, sipelot
cuma damai, terasa begitu damai. Agak susah sebenarnya menjelaskan apa maksud
damai itu, yang jelas di sipelot aku sendiri mengerti untuk menerima, sipelot
seakan memaksa untuk menerima, menikmati dan berhenti menuntut. Belajar untuk
lebih merasakan hal hal yang sederhana sekalipun sebagai sebuah keindahan, mengerti
bahwa duduk dipinggir pantai, menikmati angin, dan ombak, dan beberapa
aktivitas nelayan itu bisa membawa kita menuju kedamaian, kedamaian yang
memaksa kita menjadi manusia, sebenarnya manusia yang seakan tanpa beban,
kedamaian yang menciptakan kondisi dimana bang yanuar sampai bisa curhat
masalah cinta, wow, padahal sebelum sebelumnya gak pernah bang yan bahas
masalah cinta, hidupnya Cuma masalah travelling. Hahaha, ajaib emang..
Selepas sesi curhat tadi, hehehe, kami ditawari
warga sekitar untuk menyewa perahu yang membawa kami ke pantai pasir putih,
sebuah pantai diujung tanjung yang hanya bisa ditempuh jalur laut dengan
perahu, kami pun menerima tawaran dengan harga 20 rb per orang. Sebuah kapal
motor membawa kami ke pantai pasir putih, sekitar 10 menit dari sipelot, ini
pengalaman ketigaku naik perahu, sebalumnya susur sungai di pacitan, sama muter
muter rawa pening di semarang, dan sekarang naik perahu di laut menuju pantai
pasir putih, haduh, kalo disungai sama rawa gaada ombaknya, maka dilaut banyak
ombaknya, bagiku yang dasarnya tidak bisa berenang, naik perahu dilaut adalah
mimpi buruk, apalagi pas bapaknya pengemudi perahu membawa perahu terbang pas
melewati ombak yg agak tinggi, angkat tangan, ampun pak ampun saya nyerah, tapi
kan ga lucu juga kalo balik, akhirnya tetep dilanjutkan naik perahunya dengan
jantung yang deg degan kemana mana, dan alhamdulillah sampai di pantai pasir putih
dengan selamat.
Pantai pasir putih, pantainya ga terlalu panjang,
Cuma 100-200 meter an menghadap ke timur, juga ga terlalu lebar, Cuma sekitar
5-10 meter dan pada siang hari saat ombak pasang keseluruhan pasir pantai akan
tersapu ombak, jadi gabisa dipake camping. Warna pasirnya putih, beneran putih,
bukan kekuningan, pantainya bersih dan sepi, saat itu hanya ada 2 rombongan di
pantai ini. Kondisi pantai yang landai membuat pantai ini asik buat bermain
air, namun musti ati ati karena ombaknya cukup besar. Di pantai ini juga ada
air terjun setinggi kurang lebih 20 meter, namun sayang pas kami kesana debit
airnya kecil sekali dibawah air terjun ini membentuk kolam yang kotor karena
banyak daun daun yang membusuk, mungkin kalo debit airnya besar kolamnya bakalan
jadi bersih dan bakalan epic buat berendam. Setelah mengantar sampai pantai
ini, bapak yg punya perahu akan kembali ke sipelot dan kembali lagi untuk
menjemput kami di pasir putih sesuai kesepakatan kami mau di pantai pasir putih
berapa lama, biasanya 1-2 jam, jika anda merasa sudah cukup main main di
pantai, sambil menunggu perahu penjemput datang, kita bisa duduk duduk di bawah
sebuah pohon besar yang ada ditengah pantai, keteduhan dibawah pohon, ditambah
memandangi air laut yang berwarna tosca, entah mengapa terasa cocok diajak
menggalau, dan yah, akhirnya saya pun berakhir galau di bibir pantai pasir
putih ini, hahaha.. Setengah jam berlalu, dan perahu bapaknya pun datang,
waktunya kembali ke sipelot lagi, naik perahu horror lagi, menuju ujung dari
perjalanan kami di pantai sipelot ini.
Jika ditanya apakah aku mau kembali ke sipelot lagi
apa enggak, bingung, jika membayangkan jauhnya perjalanan yang mesti ditempuh,
jawabannya adalah NO, BIG NO, tapi jika mengingat apa yang sipelot tawarkan,
sebuah tempat yang cenderung biasa, namun begitu damai, tempat dimana disana,
sebagai seorang traveller kita tidak akan mengejar apa apa, tidak mengejar
cerita, atau foto yang epic, tidak ada, sipelot hanya menawarkan kesederhanaan
dan sangat apa adanya seperti seharusnya manusia, dengan alasan nilai tersebut
mungkin aku mau kembali lagi kesana.. tapi entahlah,lihat saja nanti waktu dan
nasib akan membawaku kesana lagi atau tidak..
Special thanks buat bang yanuar yang udah mau mengikuti keinginan anehku menempuh jarak yang begitu panjang cuma buat liat tempat yang biasa aja, hehehe.. i mean it bro.!
Menuju Sipelot, Stay Strong Vicky.!
Pantai Sipelot, biasa dan sepi dan samai..
Cermin..
Wuuush..
The Fighter..
Perahu horror..
Air lautnya warna tosca, jadi keinget yang PDH nya ada warna tosca nya,, hahaha.. huush gaboleh baper..
Air terjun Mampet..
Pantai pasir putih, sipelot..
Pasirnya putih beneran, ga kekuningan..
and it is private vrooh..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar